MAKALAH WUJUD SIFAT HAKIKAT MANUSIA
MATA KULIAH. : PENGANTAR PENDIDIKAN
DOSEN. : RATNO ABIDIN, S.Pd, M.Pd
DISUSUN OLEH: MIRANTI
NIM. : 20181114019
PROGRAM STUDI S1 PG PAUD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2018
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................. i
Daftar Isi....................................................................................................... ii
Kata Pengantar............................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan....................................................................................... 1
I.I Latar Belakang......................................................................................... 1
I.II Rumusan Masalah ................................................................................. 2
I.III Tujuan .................................................................................................... 2
I.IV Manfaat.................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan ..................................................................................... 3
BAB III Penutup ........................................................................................... 11
III.I Kesimpulan ........................................................................................... 11
III.II Saran..................................................................................................... 11
Daftar Pustaka ............................................................................................ 12
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pencipta atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul " Wujud Sifat Hakikat Manusia ".
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, 5 November 2018
Miranti
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Manusia dan pendidikan bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Manusia dimana pun ia berada, dipastikan akan butuh dengan pendidikan, hal ini disebabkan karena fungsi utama dari pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi manusia yang ada ke arah lebih baik atau ke arah yang menjadi cita-cita manusia. Karenanya dapat dipastikan pendidikan tidak akan berjalan tanpa kehadiran manusia. Dalam pendidikan, manusia berperan sebagai subjek sekaligus objek pendidikan.
Dalam pengantar ilmu pendidikan, hal yang paling mendasar untuk dipelajari selain hakikat manusia adalah tentang sifat hakikat manusia. Sebab, dengan mengetahui sifat hakikat manusia tersebut dapat memberikan arti dan makna kita sebagai manusia dalam dunia pendidikan ke depannya karena dengan pendidikan dapat membantu manusia untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang ada pada diri manusia itu sendiri.
Oleh karena itu sangatlah penting agar para pendidik mempunyai pemahaman yang jelas mengenai sifat hakikat manusia yang dijabarkan sebagai wujud sifat hakekat menusia. Pengertian dari sifat hakikat manusia adalah ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan. Disebut wujud sifat hakekat manusia karena secara hakiki wujud sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Dan di dalam makalah ini akan mejabarkan terperinci satu - satu wujud sifat hakekat menusia.
I.II Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan sifat hakikat manusia?
Bagaimanakah wujud dari sifat hakikat manusia?
I.III Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai pemenuhan tugas mata pelajaran pengantar pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sifat hakikat manusia.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah wujud sifat hakikat manusia.
I.IV Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengetahui apa itu sifat hakikat manusia beserta wujud - wujudnya.
Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat hakikat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.
Pandangan Psikoanalitik. Kelompok ini berpendapat bahwa manusia pada dasarnya digerakkan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang dimiliki. Prawira (2012: 66) menyatakan bahwa Sigmund Freud sebagai pelopor aliran ini mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu Id ( das es ), yang berisi berbagai dorongan, kemauan, dan berbagai keinginan instingtif yang selalu memerlukan pemenuhan dan pemuasan. Ego ( das ich) nampak perannya pada fungsi pikir yang bertindak sebagai jembatan untuk dapat merealisasikan berbagai dorongan tersebut dengan mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan. Super ego ( das uber ich), yaitu fungsi kata hati yang bertugas sebagai kontrol boleh tidaknya suatu dorongan direalisasikannya, sehingga super ego tumbuh dan berkembang karena interaksi individu dengan norma, lingkungan dan tatanan nasional yang ada. Seseorang yang perkembangan id-nya lebih dominan akan menampakkan perilaku yang implusif, sedang seseorang yang lebih didominasi oleh super ego akan berperilaku moralis. Tahapan berikutnya muncul aliran neoanalitik yang tetap berpegang pada tiga aspek struktur kepribadian manusia tersebut di atas, tetapi aliran ini lebih menekankan ego sangat penting sebagai pusat kepribadian manusia, yang tidak hanya berfungsi merealisasikan dorongan yang muncul tetapi dengan egonya manusia akan lebih rasional, dan bertanggung jawab atas perilaku intelektual dan sosialnya.
1. Kemampuan Diri
8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Bagaimanakah wujud dari sifat hakikat manusia?
I.III Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai pemenuhan tugas mata pelajaran pengantar pendidikan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud sifat hakikat manusia.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah wujud sifat hakikat manusia.
I.IV Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar kita bisa lebih mengetahui apa itu sifat hakikat manusia beserta wujud - wujudnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia, siapa dan apakah dia? Sejak manusia ada sampai hari ini, persoalan tersebut belum terjawab secara tuntas. Banyak hal yang Secara parsial yang berkaitan manusia sudah diketahui secara jelas dan pasti. Tetapi secara menyeluruh, jauh lebih banyak persoalan yang belum diketahui secara konkret, jelas dan pasti. Hal-hal yang fisik-kuantitatif pada umumnya sudah jelas, tetapi hal-hal yang spiritual-kualitatif masih tertinggal sebagai “misteri”.Ciri khas manusia yang membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat hakikat menusia. Disebut sifat hakekat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakekat manusia akan membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan mengenai hakekat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih profesional.
Pengertian Dari Sifat Hakikat Manusia
Menurut ahli psikologi menyatakan bahwa hakekat manusia adalah rohani, jiwa atau psikhe. Jasmani dan nafsu merupakan alat atau bagian dari rokhani.Sifat hakikat manusia adalah ciri-ciri karakteristik yang secara prinsipil membedakan manusia dari hewan, meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama dilihat dari segi biologisnya. Salah satu contoh adalah bentuknya (misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan, menyusui anaknya dan pemakan segala.
Beberapa ahli filsafat, Socrates misalnya, menyebut manusia sebagai Zoon politicon atau hewan yang bermasyarakat, dan Max Scheller menyebutnya sebagai Das Kranke Tier atau hewan yang sakit yang selalu bermasalah dan gelisah. Ilmu-ilmu humaniora termasuk ilmu filsafat telah mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang manusia itu, sehingga terdapat banyak rumusan atau pengertian tentang manusia. Di samping itu masih ada ungkapan lain tentang definisi manusia, diantaranya animal rationale (hewan yang rasional atau berpikir), animal symbolicum (hewan yang menggunakan symbol) dan animal educandum (hewan yang bisa dididik). Tiga istilah terakhir ini menggunakan kata animal atau hewan dalam menjelaskan manusia.
Hal ini mengakibatkan banyak orang terutama dari kalangan Islam tidak sependapat dengan ide tersebut. Dalam Islam hewan dan manusia adalah dua makhluk yang sangat berbeda. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk sempurna dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan, seperti potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun keadaannya, manusia tidak pernah sama dengan hewan.
Sebagai pembeda antara manusia dan hewan adanya dengan adanya yang disebut sebagai sifat haricot manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Manusia memiliki sifat-sifat tertentu yang secara alamiahnya berbeda dengan binatang. Mereka memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pengalaman hidup atau melalui pengajaran secara formal seperti sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.
Pada dasarnnya ada tiga aspek pokok dalam diri manusia yaitu fisik, mental dan spiritual. Aspek fisik merupakan segala hal yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia. Aspek mental yang membedakan manusia dengan dengan makhluk lain. Dengan adanya mental manusia dapat berfikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk suatu permasalahan. Dengan akalnya juga manusia dapat mengenal dan menerima berbagai konsep dan norma untuk diterapkan dalam kehidupannya. Sedangkan spiritual dapat diibaratkan sebagai navigator kehidupan. Dia yang akan memberikan warna dan arah dari kehidupan yang dijalani manusia.
Wujud Sifat Hakikat Manusia
Berbagai kajian terkait hakikat manusia telah dilakukan oleh para ahli. Wujud sifat hakikat manusia yang telah dikemukakan oleh ahli menurut pandangan psikoanalitik, pandangan humanistik, dan pandangan beavioristik. Urutan lebih detail mengenai ketiga pandangan tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Pandangan Psikoanalitik. Kelompok ini berpendapat bahwa manusia pada dasarnya digerakkan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang dimiliki. Prawira (2012: 66) menyatakan bahwa Sigmund Freud sebagai pelopor aliran ini mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri dari 3 komponen, yaitu Id ( das es ), yang berisi berbagai dorongan, kemauan, dan berbagai keinginan instingtif yang selalu memerlukan pemenuhan dan pemuasan. Ego ( das ich) nampak perannya pada fungsi pikir yang bertindak sebagai jembatan untuk dapat merealisasikan berbagai dorongan tersebut dengan mempertimbangkan berbagai kondisi lingkungan. Super ego ( das uber ich), yaitu fungsi kata hati yang bertugas sebagai kontrol boleh tidaknya suatu dorongan direalisasikannya, sehingga super ego tumbuh dan berkembang karena interaksi individu dengan norma, lingkungan dan tatanan nasional yang ada. Seseorang yang perkembangan id-nya lebih dominan akan menampakkan perilaku yang implusif, sedang seseorang yang lebih didominasi oleh super ego akan berperilaku moralis. Tahapan berikutnya muncul aliran neoanalitik yang tetap berpegang pada tiga aspek struktur kepribadian manusia tersebut di atas, tetapi aliran ini lebih menekankan ego sangat penting sebagai pusat kepribadian manusia, yang tidak hanya berfungsi merealisasikan dorongan yang muncul tetapi dengan egonya manusia akan lebih rasional, dan bertanggung jawab atas perilaku intelektual dan sosialnya.
Pandangan Humanistik. Carl Rogers yang merupakan tokoh utama aliran ini menolak pendapat psikoanalitik yang berpendapat bahwa manusia tidak rasional. Rogers lebih menekankan bahwa manusia mempunyai dorongan terhadap dirinya sendiri untuk berperilaku positif. Dalam pandangan ini disebutkan bahwa manusia bersifat rasional dan trsosialisasikan, serta mampu menentukan sendiri nasibnya, termasuk mengontrol dan mengatur dirinya sendiri. Dalam kondisi yang memungkinkan, manusia akan mengarahkan dirinya sendiri menjadi individu yang positif, menjadi masyarakat yang terbebas dari kecemasan. Sedangkan Adler berpendapat bahwa perilaku individu tidak serta merta digerakkan atas dasar untuk kepuasannya sendiri, namun lebih banyak didasarkan pada tanggung jawab sosial dan dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pandangan Martin Buber. Aliran yang berkembang pada tahun 1961 ini berpendapat bahwa manusia yakni suatu keberadaannya berpotensi, tetapi dihadapkan pada kemestaan yang mengontrol potensi perkembangan manusia. Manusia menjadi pusat ketakterdugaan dunia, karena manusia mengandung kemungkinan baik dan buruk yang akan berkembang secara tidak terduga.
Pandangan Behaviouristik. Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku manusia adalah reaksi dan adaptasi dari lingkungan sekitarnya, sehingga tingkah laku manusia sepenuhnya dikontrol oleh faktor - faktor yang datang dari luar. Pada kelahirnnya manusia bersifat netral, perkembangan kepribadian individu sepenuhnya tergantung pada lingkungan. Aliran ini sama sekali tidak menghargai potensi yang dimiliki individu dan mengingkari adanya kemauan individu. Desmita (2016:55) mengemukakan bahwa pada behaviouristik terdapat tiga tradisi, yaitu Pavlov dan Kondisioning Klasik, B.F. Skinner dan Kondisioning Operant, serta Bandura dan Teori Belajar Sosial.
Teori Kondisioning Klasik yang diperkenalkan Pavlov yaitu rangsangan yang diberikan dapat mengakibatkan tingkah laku. Teori ini sering kali disebut dengan stimulus-respon (S-R). Skinner berpendapat bahwa kemampuan manusia terwujud dalam tingkah laku, yang dapat berkembang karena pengaruh lingkungan. Teori Belajar Sosial yang dikemukakan Bandura menyatakan bahwa anak belajar tidak hanya melalui pengalaman, namun juga melalui pengamatan terhadap apa yang dilakukan orang lain.
Beberapa wujud hakikat manusia yang dijelaskan di bawah ini akan memberikan gambaran yang jelas bahwa manusia berbeda dengan hewan. Wujud sifat hakikat manusia ini merupakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh manusia. Faham eksistensialisme mengemukakan bahwa karakteristik manusia tersebut seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan dan membenahi arah dan tujuan pendidikan. Umar Tirta Raharja dan La Sulo mengatakan di antara wujud sifat hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan Diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri maka manusia menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (ia, mereka) dan dengan non aku (lingkungan fisik) di sekitarnya. Bahkan bukan hanya membedakan lebih dari itu manusia dapat membuat jarak dengan lingkungannya. Sehingga mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk lain. Kemampuan mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya ke arah kesempurnaan dan menyadari sebagai kekuatan.
2. Kemampuan Bereksistensi
Dengan keluar dari dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan dirinya sebagai objek, lalu melihat objek itu sebagai sesuatu, berarti manusia itu dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini bukan saja dalam kaitannya dengan soal ruang, melainkan juga dengan waktu. Dengan demikian manusia tidak terbelenggu oleh tempat atau ruang ini (disini) dan waktu ini (sekarang), tapi dapat menembus ke “sana” dan ke “masa depan” ataupun “masa lampau”. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos inilah yang disebut kemampuan bereksistensi. Justru karena manusia memiliki kemampuan bereksistensi inilah maka pada manusia terdapat unsur kebebasan. Dengan kata lain, jika seandainya pada diri manusia tidak terdapat kebebasan atau kemampuan bereksistensi, maka manusia itu tidak lebih dari hanya sekedar “esensi” belaka, artinya ada hanya sekedar “ber-ada” dan tidak pernah “meng-ada” atau ‘ber-eksistensi”.
3. Kata Hati
Kata hati atau conscience of man juga sering disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, suara hati, pelita hati dan sebagainya. Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikuti perbuatan”. Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang apa yang akan, yang sedang, dan yang telah dibuatnya, bahkan mengerti juga akibatnya (baik atau buruk) bagi manusia sebagai manusia.Dalam kaitannya dengan moral, kata hati merupakan petunjuk bagi moral/ perbuatan. Usaha untuk mengubah kata hati yang tumpul menjadi kata hati yang tajam adalah pendidikan kata hati ( gewetan forming). Realisasinya dapat ditempuh dengan melatih akal kecerdasan dan kepekaan emosi. Tujuannya agar orang memiliki keberanian moral yang didasari oleh kata hati yang tajam.
4. Moral
Moral yang sinkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi manusia merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi atau luhur. Sebaliknya perbuatan yang tidak sinkron dengan kata hati yang tajam ataupun merupakan realisasi dari kata hati yang tumpul disebut moral yang buruk, lazimnya disebut tidak bermoral. Jika kata hati diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang dimaksud dengan moral (yang sering juga disebut etika) adalah perbuatan itu sendiri. Di sini tampak bahwa masih ada jarak antara kata hati dengan moral. Artinya seseorang yang telah memiliki kata hati yang tajam belum otomatis perbuatannya merupakan realisasi dari kata hatinya itu. Untuk menjabatani jarak yang mengantarai keduanya masih ada aspek yang diperlukan yaitu kemauan. Bukankah banyak orang yang memiliki kecerdasan akal tetapi tidak cukup memiliki moral (keberanian berbuat).
5. Tanggung Jawab
Kesediaan untuk menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab, merupakan pertanda dari sifat orang yang bertanggungjawab. Wujud bertanggungjawab bermacam-macam. Ada tanggungjawab terhadap Tuhan. Tanggung jawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Bertanggung jawab kepada masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma social. Bentuk tuntutannya berupa sanksi-sanksi social seperti cemohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain. Bertanggungjawab kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa, dan penyesalan.
6. Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh waktu), tetapi sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan dalam arti sebenarnya memang dalam keterikatan. Artinya bebas berbuat sepanjang tidak berbtentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Orang hanya mungkin merasakan kebebasan batin apabila ikatan telah menyatu dengan dirinya dan menjiwai segenap perbuatannya. Dengan kata lain " ikatan luar yang membelenggu telah berubah menjadi ikatan dalam yang menggerakkan " (Umar T. La Sulo 2005).
7. Kewajiban dan Hak
Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk social. Yang satu ada hanya oleh karena adanya yang lain. Tak ada hak tanpa kewajiban. Jika seseorang mempunyai hak untuk menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi hak tersebut (yang pada saat itu belum dipenuhi). Sebaliknya kewajiban ada oleh karena ada pihak lin yang harus dipenuhi haknya. Pada dasarnya, hak itu adalah sesuatu yang masih kosong. Artinya meskipun hak tentang sesuatu itu ada, belum tentu seseorang mengetahuinya (misalnya hak memperoleh perlindungan hukum).
8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia. Penghayatan hidup hanya disebut ‘kebahagiaan” ini meskipun tidak mudah untuk dujabarkan tetapi tidak sulit untuk dirasakan. Sebagian orang menganggap bahwa rasa senang hanya merupakan aspek dari kebahagiaan, sebab kebahagiaan sifatnya lebih permanen dari pada perasaan senang yang sifatnya lebih temporer.
Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan saja, tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kegembiraan, kepuasan, dan sejenisnya dengan pengalaman-pengalaman pahit dan penderitaan. Proses integrasi dari kesemuanya itu (yang menyenangkan maupun yang pahit) menghasilkan suatu bentuk penghayatan hidup yang disebut “bahagia”.
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena manusia memiliki akal dan pikiran, sehingga bisa membedakan antara apa yang baik dan apa yang buruk. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup dan melanjutkan keturunan. Kelahiran manusia dilengkapi dengan potensi yang kemudian dikembangkan melalui proses pendidikan dan tidak ada manusia yang benar-benar seperti meskipun kembar.
Sifat sifat manusia didefinisikan sebagai ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda dari hewan. Manusia memiliki kemampuan untuk mewujudkan diri, memiliki hati nurani, moral, memiliki kemandirian, memiliki kewajiban dan hak, dan yang paling penting, manusia memiliki akal dan pikiran. Ini mebuat manusia apa yang berbeda dengan binatang.
III.II Saran
Sebagai civitas akademik yang berpendidikan, sebaikya mahasiswa memahami pengertian hakikat manusia dan dapat menerapkan hakikat manusia di dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansohry, Ichsan serta Ima Wahyu Putri Utami, 2018. Pengantar Pendidikan, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Khasinah, Siti. 2013. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat. Banda Aceh: Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol. XIII, No. 2, 296 - 317.
Cahyadi, Rahmat Arofah Hari. 2015. Telaah Hakikat Manusia dan Relasinya Terhadap Proses Pendidikan Islam. Sidoarjo: Jurnal Pendidikan Islam. Vol 1, No 1.
Pransiska, Toni. 2016. Konsep Fitrah Manusia dalam Perspektif Islam dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam Kontemporer. Yogyakarta: Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol. 17, No. 1, 1 - 17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar